Motivasi diri berawal dari
dorongan keyakinan dalam diri sendiri untuk menang. Ini dibentuk oleh cita-cita
dan impian besar yang akan memotivasi orang untuk meraihnya. Kisah orang-orang
sukses bermula dari sebuah impian yang diimplementasikan dalam serangkaian
aktivitas sehari-hari.
Impian pun akan bermanfaat juga
untuk orang banyak. Nilai-nilai spiritualitas memancar dengan baik dalam diri
orang tersebut dan menambah keyakinan bahwa Allah dekat dengan dirinya.
Selain itu, keyakinan untuk
menang harus selalu tertanam dalam benak dan hati. Allah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kita meyakini bahwa selain diciptakan untuk
beribadah kepada-Nya, juga diciptakan Allah untuk memberikan kemakmuran,
kesejahteraan dan kemaslahatan. Oleh karena itu, akan terbentuk optimisme
terhadap target keberhasilan.
Seseorang harus mempunyai
cita-cita besar yang disertai keyakinan bahwa Allah dekat dan mendampingi
melalui hati nurani. Dorongan hati nurani inilah akan mudah diketahui bila kita
mempunyai hati yang bersih. Keyakinan bahwa Allah dekat dan sayang kepada kita
akan memberikan dorongan hati nurani yang sangat besar yang pada gilirannya
lahir optimisme kita untuk meraih cita-cita. Hati merupakan pembimbing terhadap
apa yang harus dituju dan apa yang harus diperbuat.
Robert K. Cooper Phd memaparkan
bahwa hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari
sesuatu yang kita pikir menjadi yang kita jalani. Hati mampu mengetahui hal-hal
mana yang tidak boleh, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran kita. Hati
adalah sumber keberanian dan semangat, integritas serta komitmen. Hati adalah
sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita untuk melakukan
pembelajaran, menciptakan kerjasama, memimpin, dan melayani.
Motivasi yang berasal dari
dorongan suara hati atau hati nurani dan keyakinan bahwa Allah senantiasa dekat
ini akan memancarkan nilai-nilai spiritualitas. Nilai-nilai spiritualitas dalam
motivasi akan melahirkan motivasi yang positif, motivasi yang sarat dengan
serangkaian langkah-langkah spiritual dan optimisme terhadap keberhasilan.
Prof. Danah Zohar dan Prof. Ian
Marshall dari Harvard University dan Oxford University memaparkan tentang
kecerdasan spiritual dalam bukunya “Spiritual Quotient (SQ)”. Mereka berdua
menjelaskan kecerdasan spiritual berkaitan erat dengan persoalan makna hidup.
Menurutnya, kecerdasan spiritual dapat menilai langkah-langkah hidup seseorang
lebih bermakna dibanding orang lain. Jadi hidup tidak hanya kosong tanpa makna
yang jelas.
Kemudian, Wolf Singer, Michael
Persinger dan V.S Ramachandran menemukan fungsi God Spot yang terintegrasi
dalam otak manusia. God Spot sebagai pembimbing manusia untuk terus menerus
mencari makna hidup. Manusia yang berhasil memaknai hidup ini dengan
spiritualitas akan memotivasi dirinya untuk mengambil aktivitas yang terbaik,
jauh dari perbuatan mendholimi orang lain, menebarkan kebaikan dan kemakmuran
dalam mencapai impian.
Sedangkan menurut Stephen P.
Robbins dalam bukunya “Organizational Behavior,” dalam motivasi terdapat tiga
elemen utama yaitu intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam mencapai
sasaran. Jadi motivasi diri akan tumbuh positif bila integritas antara
intensitas, arah dan ketekunan dalam mencapai sasaran dapat terwujud.
Selain itu keyakinan bahwa Allah
dekat akan melahirkan sikap optimisme yang positif terhadap keberhasilan serta
menumbuhkan nilai-nilai spiritualitas yang memberikan manfaat bagi orang
banyak. Impian yang dicapai pun menebarkan kemaslahatan. Direktur Eksekutif
Integrative Medicine Initiative di Michigan AS, Patricia Megregan mengatakan, “Spirituality
is where people find meaning in their lives. It’s something higher than
themselves, though out necessarily attached to religion.”
Sumber :
0 comments:
Posting Komentar
Feel it Free, baby !